Senin, 09 Februari 2009

Reiki Memberi Keseimbangan

Lebih dari 4 tahun berakrab-akrab dengan Reiki membuat hati merasa tenteram, karena merasakan betul manfaat Reiki di kehidupan sehari-hari. Bila ada yang terasa kurang nyaman, baik fisik ataupun perasaan, dengan serta merta berself healing, maka manfaatnya akan langsung terasa. Bila menengok orang sakit dan merasa prihatin, tangan akan spontan menyalurkan energi kasih sayang, yang biasanya menenteramkan pasien dengan segera. Tapi bila harus menerangkan apakah Reiki itu sebenarnya, terasa betul sulitnya.

Disaat-saat awal mempelajari Reiki, itu tidak menjadi kesulitan. Dengan gagahnya saya memberi penjelasan tentang apa dan bagaimana Reiki itu, seolah dia barang dagangan nomor 1. Tapi setelah semakin lama bergaul dengan Reiki, terasa bahwa kita sebagai praktisi sebenarnya bukan apa-apa.Kalau bukan karena anugerah Ilahi yang disalurkan melalui Reiki ke kita, kita hanya biasa-biasa saja, tiada istimewanya. Jadi bila mengatakan bahwa Reiki bisa mengatasi segala penyakit, itu mungkin karena persepsi yang diterima penghusada masih serba terbatas.

Tidak bisa disangkal bahwa Reiki memiliki banyak keistimewaan, terutama dalam mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental, tapi itu bisa terjadi semata-mata karena kemurahan Tuhan. Tiada sesuatupun yang bisa terjadi kalau bukan karena Tuhan berkenan menganugerahkannya ke kita. Coba kita amati dan hayati bagaimana cara Reiki membantu kita :

*Saat sedang menyalurkan Reiki, kepasrahan ialah 1 hal yang paling ditekankan pentingnya. Pasrah berarti menepis semua kehendak dan ego.Tidak ada yang boleh berperan disini kecuali penyerahan diri kita sepenuhnya ke apa yang diijinkan oleh Allah. Ketidakberdayaan, ketidaktahuan terhadap penyakit yang diderita pasien, ketidakmampuan dalam memberi kesembuhan, semua ada diluar jangkauan tangan kita. Seorang dokter akan percaya diri dalam menangani pasien karena mereka memegang ilmu pengobatan. Meski begitu, keputusan kesembuhan tiada di tangan mereka.Apalagi bagi para praktisi yang kebanyakan tidak paham ilmu pengobatan, bagaimana mungkin bisa mendapat kepercayaan diri untuk bisa menyembuhkan? Karena itu juga, disinilah faktor kepasrahan dibutuhkan sepenuhnya, baik dari penghusada maupun pasiennya sendiri, agar proses penyembuhan dapat terlaksana sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

• Reiki sebenarnya bekerja sendiri menurut hukum alam yang diciptakan oleh Allah.Tiada campur tangan praktisi kecuali melalui peletakan tangan.Reiki bekerja seperti air yang mengalir, tanpa diarahkan akan mengisi bagian tubuh yang kekurangan energ/yang energinya kurang seimbang/bagian tubuh yang mengalami sumbatan energi. Itu sebabnya mengapa aliran energi akan berjalan dengan sendirinya meski tidak selalu sejalan dengan posisi tangan penghusada. Berdasarkan pengamatan penghusada dan pengalaman beberapa pasien, energi akan langsung mengalir di bagian tubuh yang membutuhkan.

Contoh : Pasien sering tidak menyebutkan dengan rinci keluhan yang dideritanya, mungkin karena ia sendiri tak paham betul mengenai apa yang dideritanya. Misal begitu banyak pasien yang mengatakan pusing atau sakit kepala. Padahal sakit kepala biasanya tidak berdiri sendiri, sakit kepala memang terasa sakit di kepala, tapi penyebabnya bisa darimana saja, karena banyak hal yang menyebabkannya, belum tentu biangnya ada di kepala itu sendiri. Mungkin di lambung, saluran pencernaan, atau bahkan pada ganjalan perasaan atau persoalan yang buhulnya disembunyikan atau tak mau diceritakan ke penghusada. Dalam kondisi semacam ini, tanpa sepengetahuan penghusada ataupun pasien, energi Reiki akan mengalir langsung ke organ yang bermasalah, atau ke sumbatan emosi yang jadi akarnya. Ia akan mengisi energi ke daerah yang memang kekurangan energi, akan mendorong hal-hal yang menyumbat jalannya energi, akan meluruskan otot atau urat yang mungkin tidak berada di alur yang seharusnya, bahkan juga bisa menarik bagian tubuh yang mungkin seharusnya lurus, misal pada kasus terkilir atau otot atau urat mengkerut. Ini sama sekali tidak masuk akal bila dilihat dari sudut penghusada, karena mereka tidak menggunakan cara menarik, mengurut ataupun mendorong. Penghusada hanya memberi sentuhan yang kadang dilakukan secara berjarak. Hukum apakah yang bekerja disini? Sebagai seorang yang mampu berpikir, tentu kita akan mengakui hukum alam lah yang mengatasi masalah pasien. Dan hukum alam tentu tidak bekerja sendiri, tapi atas penciptaan dan kehendak-Nya.

• Reiki berjalan dan mengalir dengan lambat dan lembut. Ia tidak deras seperti air bah meski memiliki daya dorong yang mengagumkan. Ia tidak menghentak karena tidak memiliki daya tembak. Ia mengalir dengan lembut, hangat dan memberi kenyamanan, baik ke praktisi maupun pasien. Saat ia memasuki tubuh penghusada, ia lebih dulu menyentuh tubuh penghusada dengan energinya yang lembut dan hangat. Beberapa penghusada bahkan ada yang merasakan panas dan gerah saat teraliri energi Reiki. Lalu setelah tubuh penghusada menerima bagiannya, ia pun mengalir ke tubuh pasien menurut kebutuhan. Bila tubuh pasien memang sangat bermasalah dan kekurangan energi, maka energi akan terus mengisinya hingga kebutuhan pasien terpenuhi. Penghusada yang cukup sensitif akan merasakan tarikan energi di tangan dan merasakan sensasi itu sebagai kontak pribadi antara ia dan pasiennya. Sepanjang sensasi itu masih terasa, selama itu pula tangan yang menyentuh bagian tubuh pasien akan berlangsung tanpa bisa dibatasi jangka waktunya. Adakalanya sensasi terasa menyenangkan, misal memberi kehangatan yang nyaman, tapi tidak jarang pula memberi rasa yang tak menyenangkan, seperti rasa menyedot, menggigit, pegal, kesemutan, ataupun rasa-rasa lain yang beraneka ragam bentuknya. Sejauh ini hal itu tak perlu dirisaukan dan dipersoalkan, karena apa yang terjadi dibalik itu semua tidak seorangpun tahu. Penghusada hanya bisa menduga proses apa yang sedang berlangsung, tapi itupun tidak selalu tepat. Ada banyak kondisi alam yang tidak dipahami oleh manusia, termasuk sensasi Reiki.

• Karena sifat kepasrahan yang harus diresapi oleh setiap penghusada, maka Reiki harus mengalir tanpa pengarahan atau dikendalikan oleh pikiran penghusada. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa Reiki sama sekali tidak memiliki daya tembak. Jadi bila ada penghusada yanhg berkata “tembak saja” di bagian organ tertentu, itu pasti bukan energi Reiki. Pikiran untuk mengarahkan Reiki ke satu daerah/organ tertentu memerlukan pengendalian kehendak dan ego penghusada. Seyogyanyalah pikiran serupa itu tidak akan pernah timbul di benak penghusada, karena bila itu yang terjadi, tentu itu adalah sebuah penyimpangan. Sejauh kita menghendaki Reiki berjalan secara murni, keadaan demikian harus dihindari.

Tapi lebih dari semua hal yang dipaparkan di atas, satu hal yang paling penting dalam mengakrabi Reiki adalah bahwa Reiki bersifat memberi keseimbangan. Bila kita mengerti, memahami, menghayati dan terlebih lagi mengamalkan 5 prinsip Reiki yang selalu diajarkan di setiap Loka Karya Reiki, maka nyatalah bahwa Reiki mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan secara seimbang. Seimbang dalam berpikir, dalam mengendalikan perasaan, dalam melakukan pembicaraan, dalam bertindak, seimbang baik secara fisik, mental dan spiritual. Reiki membawa kita ke suatu kesadaran bahwa segala sesuatu yang dilakukan secara selaras, seimbang dan penuh harmoni akan memberi keindahan dalam rasa, sikap dan pandangan hidup. Senandung 5 prinsip Reiki adalah senandung para penghusada Reiki untuk menjauhkan diri dari ketegangan, kekasaran, kemarahan ataupun menyakiti sesama. Prinsip ini mengajarkan hidup dengan berbudi pekerti yang luhur dan bersikap saling menghormati.
Percayakah anda bahwa sebagai orang yang sudah mendapat anugerah melalui attunement Reiki, maka saat kita membaca artikel Reiki, membicarakan ataupun berpikir tentang Reiki, energi itu langsung terhubung dan mengalir di tubuh meski kita tidak memohon untuk mengaktifkannya. Itulah bonus khusus untuk para penghusada, bila saja anda memiliki kemampuan untuk merasakannya.

(Ref. http://artikelreiki.blogspot.com/2008/05/reiki-memberi-keseimbangan.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar